11 Januari 2011

BANGSA KULI DAN PESAKITAN




potret anak bangsa





Aku menyadari mengapa aku dilahirkan dengan perasaan yang sangat halus, yang mudah sekali menangis ketika melihat sosok sosok mungil menengadahkan tangan di perempatan lampu merah, yang mudah sekali menangis ketika melihat sosok sosok legam mengais sampah,yang tiba2 sentimentil ketika melihat sosok sosok pribumi menjadi tjetjoengoek di negerinya sendiri..siapalah aku, bukankah banyak putera2 bangsa yang lebih pintar dan berpendidikan tinggi bahkan mempunyai jabatan dan kedudukan penting di negerinya sendiri.
Kadang aku larut dalam pemikiran bodohku dimana bangsa yang sudah merdeka sekian puluh tahun dengan kekayaan alam yang melimpah dan rakyat begitu banyak, orang pintar dan berpendidikan tinggi juga banyak tapi mengapa nasib bangsanya selalu menjadi kuli dan pesakitan di negerinya sendiri..tidak pedulikah mereka, tidak berdayakah mereka seperti aku yang lemah ini???
Lalu kenapa pula aku dilahirkan dengan perasaan dan pemikiran seperti ini tuhan...
Coba kita lihat di restoran2 siapa pelayannya dan siapa tamunya yang makan,coba kita lihat di mall2 siapa yang mengepel siapa pula yang menjaga dan membersihkan toilet, siapa pula yang menarik-narik sampah dengan aroma keringat yang khas, coba pula kita lihat di negara tetangga malaysia, brunai, singapura...sama!!! Bangsa kita juga yang melakukannya...
Lalu dimana peran negara yang harus melindungi dan menjamin kesejahteraan rakyatnya...???tidak cukupkah waktu sekian puluh tahun seperti malaysia dan brunai darussalam... Dimana pengangguran saja dapat jaminan sosial sehingga tidak terpikirkan untuk maling dan merampok...
Atau memang sitem negara yg tidak cocok dengan kultur budaya kita..lalu dimana dn smpai kapan akan tetap seperti ini???kemanakah orang2 pintar dan berpendidikan tinggi itu??? Yang sering kali menyanyikan lagu kebangsaan dan hapal UUD 1945 sewaktu SD tentunya karena selalu ranking 1di kelasnya...semua berlalu begitu saja..sibuk dengan kepentingnnya, sumpah hanya tinggal sampah saja...ataukah orang bodoh yang harus memulai perubahan itu? Ataukah orang bodoh yang harus berani membuang doktrin2 busuk...
Ataukah darah harus tertumpah untuk selamatkan anak cucu dari bangsa kuli dan pesakitan ini nantinya...
Ataukah harus menunggu gelombang revolusi rakyat digulirkan sehingga banyak korban terjatuh...
Ampuni kami wahai para pahlawan pendahulu kami...yang telah sia-siakan darahmu dan pengorbananmu untuk negeri ini, ampuni kami yang lalai menjaga amanatmu belumlah mencapai hakekat kemerdekaan yang telah engkau wariskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar